Pengertian Penilaian Diagnostik - Eureka Pendidikan (2023)

Eureka Pendidikan. Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta faktor-faktor penyebabnya (Suwarto, 2012: 134). Pelaksanaan penilaian semacam ini biasanya bertujuan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus-kasus dan lain-lain. Soal-soalnya disusun sedemikian rupa agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa (Mardapi, 2012: 171). Di samping itu, diketahui pula sebab-sebab kelemahan yang ditimbulkan. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.

Fungsi penilaian diagnostik yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalami kesulitan, hambatan, atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam suatu bidang studi (Subali, 2012: 138). Kesulitan peserta didik tersebut diusahakan pemecahannya.

Tujuan penilaian diagnostik yaitu, untuk membantu kesulitan atau mengatasi hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada suatu bidang studi atau keseluruhan program pembelajaran. Aspek-aspek yang dinilai yaitu hasil belajar yang diperoleh murid, latar belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Waktu pelaksanaan tes diagnostik ini, sesuai dengan keperluan pembinaan dari suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para peserta didiknya. Berikut dijelaskan tentang tes diagnostik.

a. Deskripsi Tes Diagnostik

Menurut Depdiknas (2007: 3) istilah diagnostik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang ditimbulkan. Dalam pembelajaran istilah diagnostik dapat dilakukan dalam sebuah tes. Diagnostik pada pembelajaran melingkupi konsep yang luas yang meliputi identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam pembelajaran.

Suwarto (2012: 114) menjelaskan tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan atau miskonsepsi pada topik tertentu dalam pembelajaran sehingga dari hasil tes didapat masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki kelemahannya. Tes diagnostik merupakan rangkaian tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.

b. Pelaksanaan Tes Diagnostik

Tes diagnostik dilakukan guru sebagai langkah awal dalam menentukan dimana proses belajar mengajar telah atau belum dikuasai. Didalam penggunaannya tes diagnostik berusaha mengungkap karakteristik dan kesulitan apa yang ada dalam pembelajaran sehingga dapat dilakukan upaya untuk mengambil keputusan dalam mencari jalan pemecahan.

Bambang Subali (2012: 23) menjelaskan keputusan melakukan tes diagnostik sebelum pelajaran dimulai pada peserta didik yakni dengan melakukan tes diagnostik pada saat sebelum pembelajaran guru dapat mengambil sikap perlu tidaknya pserta didik diberikan pelajaran ekstra agar mampu menguasai pelajaran yang sesuai prasyarat yang belum dikuasai.

c. Fungsi Tes Diagnostik

Fungsi dilakukannya tes diagnostik digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa, kemudian melakukan perencanaan terhadap tindak lanjut yang berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi.

(Video) Pentingnya Asesmen Diagnosis di Awal Pembelajaran

Tes diagnostik dirancang untuk mendeteksi kesulitan hasil belajar peserta didik sehingga dalam menyusun tes diagnostik harus didesain sesuai dengan format dan respon yang dimiliki oleh tes diagnostik. Selain itu tes diagnostik dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah siswa, penggunaan soal-soal tes diagnostik berbentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap.

Jika terdapat alasan tertentu sehingga menggunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, serta tahap akhir disertai tahapan penyelesaian terhadap hasil diagnostik yang telah teridentifikasi.

d. Prosedur Pengembangan Tes Diagnostik

Suwarto (2012: 125) menyebutkan tes diagnostik dapat dilakukan dengan beberapa prosedur pengetesan diagnostik diantaranya:

  1. Harus ada analisis tertentu untuk kaidah, prinsip, pengetahuan, atau keterampilan yang hendak diukur
  2. Tes diagnostik yang baik direncanakan dan disusun mencakup setiap kaidah dan prinsip dan diujikan dengan cara yang sama
  3. Butir soal yang digunakan untuk tes diagnostik disusun secara berkelompok hal ini dilakukan untuk mempermudah analisis dan diagnostik.

Sedangkan menurut Depdiknas (2007: 6) menunjukkan langkah-langkah pengembangan tes diagnostik.

a. Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya

Dalam tes diagnostik mengacu pada kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes diagnostik harus diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar manakah belum tercapai tersebut. Untuk mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya sejumlah indikator, karena itu bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu dilakukan diagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak mampu dimunculkan. Mungkin saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu, maka cukup pada indikator-indikator itu saja disusun tes diagnostik yang sesuai.

b. Menentukan kemungkinan sumber masalah

Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi, mulai ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya. Dalam pembelajaran sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan masalah, yaitu: a) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; b) terjadinya miskonsepsi; dan c) rendahnya kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Di samping itu juga harus diperhatikan hakikat sains yang memiliki dimensi sikap, proses, dan produk. Sumber masalah bisa terjadi pada masing-masing dimensi tersebut.

c.Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai

Dalam menentukan kesulitan yang dialami siswa, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai (uraian), maupun kinerja (performance) sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada dimensi mana masalah tersebut terjadi.

d. Menyusun kisi-kisi soal

Sebagaimana ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka sebelum menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya. Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta indikator yang diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber masalah; d) bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.

(Video) Cara Melakukan Asesmen Diagnostik, Formatif dan Sumatif

e. Menulis soal

Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal. Soal tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes yang lain. Jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa harus memberikan informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialaminya (memiliki fungsi diagnosis).

Pada soal uraian, logika berpikir siswa dapat diketahui guru dari jawaban yang ia tulis, tetapi pada soal pilihan guru kurang dapat mengungkap kelemahan siswa, karena soal tes pilihan rentang terhadap tebakan. Karena itu siswa perlu menyertakan alasan atau penjelasan ketika memilih option (alternatif jawaban) tertentu.

f. Mereview soal

Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah ditulis harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut. Bila soal yang telah ditulis oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal tersebut dapat direviu oleh guru-guru sejenis dalam MGMPS atau setidaknya oleh guru-guru mapel serumpun dalam satu sekolah.

g. Menyusun kriteria penilaian

Jawaban atau respon yang diberikan oleh siswa terhadap soal tes diagnostik tentu bervariasi, karena itu untuk memberikan penilaian yang adil dan interpretasi diagnosis yang akurat harus disusun suatu kriteria penilaian, apalagi bila tes yang sama dilakukan oleh guru yang berbeda atau dilakukan oleh lebih dari satu orang guru.

Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery (tuntas) yaitu sudah menguasai kompetensi dasar atau belum mastery yaitu belum menguasai kompetensi dasar tertentu, atau berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah type error (jenis kesalahan) tertentu siswa yang bersangkutan dinyatakan ber”penyakit” sehingga harus diberikan perlakuan yang sesuai.

Macam-macam tes diagnostik yang dapat digunakan diantaranya:

  1. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda
  2. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai alasan
  3. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda yang disertai pilihan alasan
  4. Tes diagnostik dengan instrumen pilihan ganda dan uraian
  5. Tes diagnostik dengan instrumen uraian

Secara garis besar posisi tes diagnostik menduduki kapasitas dalam memantau kemajuan belajar siswa, dengan melakukan tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur ketuntasan belajar atau ketuntasan kompetensi minimal (KKM). Apabila dari hasil tes formatif tersebut diketahui ada siswa yang belum tuntas, maka guru melakukan tes untuk mendiagnosis kemungkinan-kemungkinan sumber masalah¬nya. Tes ini dalam diagram Gambar 2 diberi nama tes diagnostik Tipe A.

Di samping tes diagnostik Tipe A, terdapat tes diagnostik tipe lain yang dilakukan tanpa didahului oleh tes formatif. Dugaan atas kemungkinan-kemungkinan sumber masalah muncul berdasarkan pengalaman guru. Tes diagnostik semacam ini dalam diagram Gambar 2 disebut tes diagnostik Tipe B.

(Video) Diagnostic Assessment: Examples & Overview

Pemberian tipe pada tes diagnostik dalam Gambar 2 sama sekali bukan menunjukkan tingkat prioritasnya. Bukan berarti tes diagnostik Tipe A lebih baik atau lebih penting dari Tipe B, atau Tipe A harus dilakukan sebelum Tipe B. Keduanya memiliki fungsi sama, dan guru bebas memilih mana yang akan dilaksanakan sesuai kondisi dan kebutuhan.

Dalam pembuatan kisi-kisi pencantuman komponen-komponen di atas bukan merupakan suatu yang baku, yang harus seperti itu. Penyusun kisi-kisi dapat mengurangi atau menambah komponen tersebut sesuai keperluan atau tujuan tes.

Dalam ulangan yang sifatnya formatif kisi-kisi tidak perlu dirumuskan. Yang penting soal-soal yang dibuat harus memiliki keterkaitan kuat dengan indikator hasil belajar yang telah dirumuskan atau yang dipilih dari silabus yang diacu.

h. Penskoran dan Penafsiran Tes Diagnostik

Kegiatan penskoran diperlukan karena sesuatu yang diukur dengan tes diagnostik merupakan besaran non fisis yang tidak dapat diukur secara langsung sebagaimana kita mengukur panjang kayu menggunakan mistar.

Penskoran tes diagnostik secara prinsip tidak berbeda dengan penskoran pada tes-tes yang lain, tetapi membutuhkan penelusuran dan interpretasi respons yang lebih cermat karena harus menemukan fungsi diagnostik.

i. Menindaklanjuti Hasil Tes Diagnostik

Kegiatan guru menindaklanjuti hasil tes diagnostik siswanya, analog dengan kegiatan pengobatan oleh dokter kepada seorang pasien setelah dilakukan serangkaian diagnosis.

Tindak lanjut tersebut berupa perlakuan-perlakuan yang sesuai dengan permasalahan atau kesulitan yang dihadapi siswa. Ibarat pemberian obat, dosisnya tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi, apalagi sampai salah memberikan obat. Karena hal yang demikian justru akan memperberat atau menimbulkan masalah baru bagi siswa.

Di bawah ini diuraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat menindaklanjuti hasil tes diagnostik dengan baik.

(Video) Summative Assessment: Overview & Examples

  1. Kegiatan tindak lanjut dilakukan betul-betul berdasarkan hasil analisis tes diagnostik secara cermat. Tindak lanjut tidak selalu berupa kegiatan remidial di kelas, tetapi dapat juga berupa tugas rumah, observasi lingkungan, kegiatan tutor sebaya, dan lain-lain sesuai masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa. Kegiatan tidak lanjut juga tidak selalu dilakukan secara individu, tetapi dapat juga dilakukan secara kelompok bergantung pada karakteristik masalah yang dihadapi siswa.
  2. Mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh miskonsepsi membutuhkan kesa¬baran, keuletan, dan kecerdasan guru. Penelitian Berg (1991) menunjukkan bahwa miskonsepsi sulit bila hanya diatasi melalui informasi atau penjelasan, oleh karena itu perlu dirancang aktivitas atau pengamatan secara langsung untuk memperbaikinya.
  3. Kegiatan tindak lanjut diberikan secara bertahap dan berkelanjutan. Tes diagnostik pada hakikatnya merupakan bagian dari ulangan harian, maka pelaksanaannya juga perlu diatur sehingga tidak tumpang tindih (overlapping) dan tidak memberatkan siswa maupun guru.
  4. Perlu dirancang program sekolah yang mendukung dan memberikan kemudahan bagi guru untuk mengadministrasi, melaporkan, dan menindak-lanjuti hasil tes diagnostik, misalnya penyediaan sarana dan tenaga teknis, pemberian insentif atau penghargaan, dan program-program lain yang mendukung profesionalitas guru, misalnya lokakarya, workshop, dan penelitian yang mengangkat hasil-hasil tes diagnostik. Selain untuk evaluasi di sekolah, bila memungkinkan hasil analisis tes diagnostik juga dikirimkan atau dilaporkan kepada orang tua siswa, sehingga secara bersama-sama dapat membantu siswa dalam memecahkan masalahnya.

Sumber Bacaan:

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2007). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Basuki, Ismet & Hariyanto. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Frey, Nancy & Fisher Douglas. 2011. The formative Assessment Action Plan. United States of America: ASCD.

Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika

Nitko & Brookhart. 2011. Educational Assessment of Students. 6thEdition. United State od Amerika: Pearson

Rosana, Dadan. 2014. Evaluasi Pembelajaran Sains. Yogyakarta

Subali, Bambang. Prinsip Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: UNY Press

(Video) Formative vs. Summative vs. Diagnostic Assessment

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sukmayadi Vidi. 2014. Mengembangkan Tes Penempatan Bagi Siswa BIPA. Bandung. Universitas Pendidikan Bandung

FAQs

Jelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian diagnostik? ›

Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, dan kelemahan model belajar peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam.

Apa tujuan dari tes diagnostik? ›

Mengacu dua pengertian terakhir, maka tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu: mengidentifikasi masalah atau kesalahan yang dialami siswa dan merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesalahan yang telah teridentifikasi.

Asesmen diagnostik ada berapa? ›

Asesmen Diagnostik atau penilaian diagnostik yang sering dilaksanakan ada dua jenis, yaitu asesmen non kognitif dan asesmen kognitif.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagnostik? ›

Diagnosis atau diagnosa adalah penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Sementara itu, dalam sosiologi, diagnosis atau diagnosa adalah pemeriksaan terhadap suatu hal. Jadi, singkatnya diagnosis atau diagnosa adalah identifikasi mengenai sesuatu.

Mengapa siswa harus menjawab soal asesmen diagnostik? ›

Tujuan dilakukan asesmen diagnosis adalah untuk memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, mengetahui siswa yang sudah paham, agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.

Kapan sebaiknya evaluasi diagnostik dilakukan? ›

Diagnostik biasanya dilakukan pada awal pengajaran, awal tahun ajaran atau semester. Tujuan evaluasi diagnostik salah satunya adalah guna menentukan tingkat pengetahuan awal siswa.

Langkah-langkah penyusunan asesmen pembelajaran? ›

Langkah-langkah Pokok Assessment
  1. Menyusun rencana assessment.
  2. Mengumpulkan data.
  3. Melakukan Verifikasi.
  4. Mengolah dan menganalisa data.
  5. Melakukan penafsiran / interprestasi dan menarik kesimpulan.
  6. Menyimpan instrumen dan hasil assessment.
  7. Menindak lanjuti hasil assessment.
Apr 12, 2022

Langkah-langkah asesmen diagnostik non kognitif? ›

Asesmen diagnosis non kognitif melalui beberapa tahapan, mulai persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
  1. Persiapan. a. Siapkan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi. ...
  2. Pelaksanaan. a. Berikan gambar emosi kepada siswa. ...
  3. Tindak Lanjut. a. Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata.
Jul 14, 2021

Apa itu tes diagnostik dan contohnya? ›

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa ketika mempelajari sesuatu, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar memberikan tindak lanjut. Tes ini dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan untuk melakukan sesuatu.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagnosis kesulitan belajar? ›

Diagnosis kesulitan belajar merupakan proses menentukan masalah atas ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.

Mengapa seorang guru harus melakukan asesmen hasil belajar pada siswanya? ›

Abstract. Penilaian atau asesmen merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Asesmen apapun itu menjadi sangat penting karena bertujuan untuk mengetahui ketercapaian suatu pembelajaran.

Apa arti penting guru melakukan asesmen pembelajaran? ›

Manfaat asesmen pembelajaran adalah untuk memberikan penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran yang dapat menggambarkan hal-hal seperti; bagaimana tingkat pengetahuan siswa, informasi yang dibutuhkan tentang pengetahuan, keterampilan, dan performa siswa.

Kapan evaluasi sumatif dilakukan? ›

Evaluasi atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau Page 3 190 sebuah program yang lebih besar. Tes sumatif dapat dilaksanakan dengan ujian akhir semester (UAS). Tes dalam rangka pendidikan digunakan untuk memperoleh bukti tentang taraf keberhasilan proses belajar mengajar.

Apa saja tahapan evaluasi? ›

Tahapan Evaluasi
  • Menentukan Aspek yang Akan Dievaluasi. Sebuah kegiatan atau program pasti dilaksanakan dengan melibatkan berbagai aspek atau komponen yang saling mendukung. ...
  • Mendesain Kegiatan Evaluasi yang Akan Dilakukan. ...
  • Mengumpulkan Data Evaluasi. ...
  • Menganalisis dan Mengolah Data. ...
  • Melaporkan Hasil Evaluasi.
Feb 6, 2020

Apa tujuan utama dari evaluasi pembelajaran? ›

Dengan demikian, tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara, pembelajaran, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi peserta didik, serta menempatkan peserta didik pada situasi pembelajaran yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.

Langkah-langkah dalam melaksanakan asesmen kompetensi? ›

Menetapkan dan memelihara lingkungan asesmen
  1. lakukan interpretasi rebcaba asesmen dan konfirmasikan sesuai dengan konteks dan tujuan asesmen.
  2. Akses dan lakukan interpretasi acuan pembanding dan perangkat asesmen yang dinominasikan.
Jan 9, 2019

Langkah merencanakan aktivitas dan proses asesmen? ›

Merencanakan Aktivitas Dan Proses Asesmen | PDF.
...
  1. Menganalisis Unit Kompetensi Dan Persyaratan. Asesmen untuk Mengidentifikasi Bukti Dan. Jenis Bukti sesuai Aturan Bukti.
  2. Memilih Metode dan Instrumen Asesmen. untuk mendukung pengumpulan bukti.
  3. Mengembangkan dan menyetujuhi Rencana.

Langkah-langkah asesmen bimbingan konseling? ›

Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan asesmen:
  1. Perencanaan. Aspek yang harus ada dalam perencanaan asesmen adalah: ...
  2. Pelaksanaan. Setelah perencanaan asesmen selesai, selanjutnya adalah bagaimana melaksanakan rencana yang telah dibuat tersebut. ...
  3. Analisis data. ...
  4. Interpretasi data.
Jan 29, 2012

Apa itu asesmen diagnostik non kognitif? ›

Asesmen diagnostik non kognitif ditujukan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional peserta didik. Asesmen diagnostik non kognitif lebih mengutamakan pada kesejahteraan psikologi dan sosial emosi peserta didik.

Apa itu asesmen diagnostik kognitif? ›

Asesmen Diagnosis Kognitif adalah asesmen diagnosis yang dapat dilaksanakan secara rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan sebuah topik pembelajaran baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik, dan waktu yang lain selama semester (Pusmenjar, 2021).

Apa itu tes diagnostik kognitif? ›

Cognitive diagnostic assessment (CDA) atau penilaian diagnosis kognitif untuk pendidikan disusun untuk mengukur struktur pengetahuan secara khusus dan proses kemampuan siswa untuk menyediakan informasi tentang kelemahan dan kekuatan kognitif mereka.

Langkah-langkah penting dalam melakukan asesmen? ›

Di bawah ini langkah-langkah penting dalam melakukan assesmen, kecuali?
  1. menentukan tujuan penilaian.
  2. memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (K.
  3. .
  4. menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau keduanya.
  5. menyusun kisi-kisi tes dan pedoman penskorannya.
Sep 9, 2021

Langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan asesmen kognitif? ›

Tahap ini mencakup empat langkah:
  1. Lakukan pengolahan hasil asesmen.
  2. Berdasarkan hasil penilaian, bagi siswa menjadi 3 kelompok.
  3. Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru.
  4. Ulangi proses yang sama, sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan.
Oct 26, 2020

Videos

1. NCIS Cast: Then and Now (2003 vs 2021)
(Crezy Lifestyle)
2. Formative Assessments: Why, When & Top 5 Examples
(Teachings in Education)
3. Mistakes Parents Can Avoid: Underestimating Evaluations
(Your Special Education Rights)
4. Machine Learning Full Course - Learn Machine Learning 10 Hours | Machine Learning Tutorial | Edureka
(edureka!)
5. A Closer Look At...Alzheimer's Disease
(University of California Television (UCTV))
6. Tes Psikotes Kolerasi Kata 50 Soal Beserta Jawabannya | Part 1
(Random Email Fadlan S)
Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Prof. Nancy Dach

Last Updated: 03/23/2023

Views: 5896

Rating: 4.7 / 5 (77 voted)

Reviews: 84% of readers found this page helpful

Author information

Name: Prof. Nancy Dach

Birthday: 1993-08-23

Address: 569 Waelchi Ports, South Blainebury, LA 11589

Phone: +9958996486049

Job: Sales Manager

Hobby: Web surfing, Scuba diving, Mountaineering, Writing, Sailing, Dance, Blacksmithing

Introduction: My name is Prof. Nancy Dach, I am a lively, joyous, courageous, lovely, tender, charming, open person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.